Artikel

Menghancurkan Memori untuk Menyembuhkan Trauma?

25 Juni 2020

Oleh: Dr. Dr. Adi W. Gunawan, ST., MPd., CCH®

Kemarin saya menyaksikan video berjudul "Can We Edit Memories?" dibawakan oleh Amy Milton dalam acara TEDX Cambridge University.

Milton, dalam presentasinya yang berjudul "Destroying Memories: How This Could Improve Our Mental Health", menjelaskan bahwa salah satu cara yang saat ini sedang dikembangkan untuk menyembuhkan PTSD (post traumatic stress disorder) atau gangguan kecemasan pascatrauma adalah dengan menyunting (edit) atau menghancurkan memori yang menjadi penyebab PTSD.

Caranya adalah dengan pemberian obat propranolol pada saat memori spesifik penyebab PTSD diaktifkan atau berada dalam mode edit. Propranolol selanjutnya memengaruhi atau "menghancurkan" memori ini sehingga tidak lagi berpengaruh atau menyebabkan simtom PTSD.

Penelitian ini masih dilakukan pada tikus di laboratorium dan belum dilakukan pada manusia. Namun, menurut Milton, penelitian ini memberi harapan besar, untuk menyembuhkan penderita PTSD, bila suatu saat telah dapat diterapkan pada manusia.

Saat saya menonton video ini dan selanjutnya membaca artikel jurnal terkait penelitian ini, Propranolol Can Induce PTSD-like Memory Impairments in Rats (Zhu dkk, 2018), saya menemukan kesamaan atau kemiripan dengan penanganan memori patologis dalam hipnoterapi klinis yang kami praktikkan.

Proses rekonstruksi memori yang kami lakukan dalam terapi berawal dari penelurusan praktik psikoanalisa dan pemikiran Alexander dan French (1946) tentang pentingnya klien mencapai pengalaman korektif emosional (corrective emotional experience).

Helen H. Watkins (1978) menyatakan bahwa klien tidak cukup hanya sekadar mengalami kembali kembali pengalaman traumatiknya. Untuk bisa mencapai hasil terapeutik maksimal dan bertahan lama, klien perlu mengalami modifikasi memori traumatik.

Menurut Watkins dan Barasz (2008) adalah lebih baik secara permanen menghancurkan memori patologis dan menggantinya dengan memori yang sehat. Kita tidak selalu dapat melakukannya. Namun, rekonstruksi psikologis dari pengalaman emosional traumatik adalah tujuan terapi yang logis. Lebih penting lagi, klien melakukan tindakan restoratif spesifik mengkoreksi atas pengaruh berkelanjutan yang diakibatkan oleh memori negatif pada citra diri dan interaksi pertahanan maladaptif mereka.

Dalam praktik hipnoterapi klinis membantu klien mengatasi pengalaman traumatik, apapun pengalamannya, kami tidak menggunakan sugesti, baik yang sifatnya langsung atau tidak langsung, namun teknik hipnoanalisis untuk mencari dan menemukan akar masalah dan dilanjutkan dengan rekonstruksi kejadian (memori) paling awal dan kejadian-kejadian lanjutan yang mendasari munculnya simtom.

Proses rekonstruksi memori ini tentunya dilakukan tanpa menggunakan obat dan hanya mengandalkan teknik dan kondisi hipnosis.

Kami tidak menghapus atau menghancurkan memori namun hanya sebatas melakukan rekonstruksi karena memori atau pengalaman yang telah diproses, dalam terapi, menjadi pembelajaran hidup untuk meningkatkan kesadaran diri klien.

(Bangun) memori hanya bisa direkonstruksi bila ia telah lentur setelah beberapa prasyarat terpenuhi. Tanpanya, bangun memori akan tetap kokoh, rigid, dan tidak bisa direkonstruksi untuk kebaikan dan kesembuhan klien.

Rekonstruksi memori perlu dilakukan dengan cermat, hati-hati, ekologis dan memerhatikan kondisi dan keperluan klien. Untuk klien yang akan memberi kesaksian pada penyidik atau di pengadilan maka rekonstruksi memori tidak disarankan untuk dilakukan.

Upaya pemulihan kesejahteraan mental dan emosi klien pascakejadian traumatik dilakukan dengan menggunakan teknik khusus tanpa mengganggu integritas memori (traumatik).

Dibutuhkan pemahaman mendalam tentang landasan teori dan cara kerja memori agar bisa melakukan rekayasa rekonstruksi memori patologis secara aman dan tepat sasaran. Tanpa pemahaman benar hipnoterapis bisa saja salah dalam melakukan atau justru menolak melakukannya.

 

_PRINT