Fenomena Pull Effect

Oleh: Dr. Dr. Adi W. Gunawan, ST., MPd., CCH®

Beberapa waktu lalu saya menulis tentang fenomena Dapikin. Dalam kesempatan ini, saya akan bahas fenomena menarik lainnya, fenomena Pull Effect.

Pull Effect adalah istilah yang saya ciptakan untuk menjelaskan fenomena unik yang ditemukan dalam proses hipnoterapi.

Ceritanya begini. Dalam proses terapi, seturut protokol AWGI, hipnoterapis melakukan hipnoanalisis, menelusuri labirin pikiran bawah sadar (PBS) klien, tentu atas izin klien, untuk menemukan akar masalah atau kejadian paling awal penyebab simtom.

Dalam beberapa kasus yang kami tangani, dan ini juga terjadi di salah satu sesi live therapy yang saya lakukan minggu lalu di kelas SECH, PBS tidak mengizinkan klien diregresi ke masa lalunya. Yang terjadi adalah PBS menghentikan proses regresi di satu kejadian tertentu, yang kami tahu tidak mungkin adalah akar dari masalah klien.

Klien yang saya terapi punya masalah mudah marah. Emosinya mudah terpicu bahkan untuk hal-hal sepele. Klien sadar ia tidak perlu marah. Namun, saat ada kejadian pemicu, emosi marah klien muncul dan sangat sulit dikendalikan.

Usia klien 35 tahun. Dari pengalaman kami selama ini, biasanya akar masalah terjadi terutama dalam rentang usia antara 0 hingga 10 tahun. Ada ditemukan akar masalah terjadi di usia remaja.

Hasil hipnoanalisis membawa klien mundur ke masa enam bulan lalu, saat ia mengalami kejadian yang membuatnya sangat marah, emosinya benar-benar intens.

Dari hasil verifikasi, diketahui bahwa sumber emosi marah ini bukan di kejadian ini, tapi ada di kejadian pada waktu yang lebih awal lagi.

Saya kembali menggunakan teknik penelusuran PBS untuk menemukan kejadian paling awal. Dua kali upaya penelusuran dilakukan, dua kali PBS memblok dan tidak mengizinkan klien mundur ke masa lalunya.

Apa yang perlu dilakukan dalam situasi ini? Seturut protokol AWGI, hambatan penelusuran ini terjadi dalam dua bentuk. Dan berdasar jenis hambatan yang dilakukan PBS, terapis memutuskan apakah akan tetap mengupayakan regresi lagi atau cukup berhenti sampai di kejadian yang diungkap PBS.

Saya memutuskan untuk berhenti melakukan penelusuran lanjutan, karena kriteria dan jenis hambatan yang dilakukan PBS mengindikasikan kejadian ini, walau baru berselang enam bulan dari saat klien menjalani sesi hipnoterapi, adalah kejadian yang dapat menghasilkan Pull Effect atau Efek Tarikan.

Saya proses kejadian ini hingga tuntas dengan teknik rekonstruksi dan atau rekonsiliasi yang sesuai, tentu menggunakan protokol Dual-Layer Therapy seperti yang diajarkan di kelas SECH.

Hasilnya? Saat dilakukan dua kali pengujian hasil terapi, klien tidak lagi reaktif, atau mudah terpicu emosinya saat mengalami kejadian yang sebelumnya mudah membuat ia marah.

Pertanyaannya, mengapa hanya dengan memproses kejadian yang terjadi dalam waktu dekat, bukan kejadian di masa lalu yang jauh, masalah klien berhasil diatasi?

Kasus terapi lain dilakukan peserta SECH, dalam proses sertifikasi hipnoterapis di AWGI, juga menunjukkan dampak dari Pull Effect.

Peserta ini membantu klien dengan masalah tidak percaya diri bila tampil di depan umum. Saat sesi wawancara, klien cerita bahwa ia merasa marah pada ayahnya. Mestinya, terapis fokus pada masalah utama yang klien sampaikan di Intake Form, tidak percaya diri.

Peserta ini, karena sedang dalam proses belajar, menerapi klien untuk masalah kemarahan pada ayah, bukan tidak percaya diri.

Hasilnya? Kemarahan pada ayah berhasil diatasi, dan bonusnya, rasa tidak percaya diri tampil di depan umum juga turut teratasi. Padahal, terapis tidak secara khusus memproses masalah tidak percaya diri klien.

Pertanyaannya, mengapa walau terapis salah memproses masalah klien, masalah A tapi yang diproses B, masalah A turut terselesaikan? Inilah dampak dari Pull Effect.

Hipotesis saya, Pull Effect hanya terjadi bila klien memenuhi beberapa syarat: klien siap dan bersedia diterapi atas kesadarannya sendiri, klien mendapat edukasi mendalam dan mengerti dinamika kerja PBS, terapis matang menyiapkan PBS untuk proses yang akan klien jalani, kejadian bermuatan emosi negatif intens dan tuntas diproses, dan terapi dilakukan dalam kondisi hipnosis dalam.

Saya katakan hipotesis karena untuk pembuktiannya perlu eksplorasi lebih lanjut. Walau kami sangat ingin tahu lebih jauh tentang Pull Effect, seturut kode etik AWGI / AHKI kami dilarang secara sengaja bereksperimen dengan klien.

Klien datang untuk dibantu mengatasi masalahnya, bukan sebagai subjek eksperimen, walau dampak terapeutik positif bisa dicapai.

Harapan saya, di masa depan, akan ada hipnoterapis AWGI yang melakukan penelitian mendalam tentang Pull Effect dan menuliskannya sebagai disertasi.

Walau Pull Effect berdampak terapeutik positif, kami tidak boleh sengaja melakukannya, karena ini tidak seturut protokol AWGI.

 

Demikianlah adanya...

Demikianlah kenyataannya...



Dipublikasikan di https://ahki.or.id/index.php?p=news&action=shownews&pid=78 pada tanggal 3 November 2022